Nama durian bido kini makin populer. Varietas yang dikembangkan oleh para petani di
Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang, itu jadi buruan karena sejumlah
kelebihan dan keunikannya. Padahal, dulu durian tersebut nyaris ”punah”.
Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang,
begitu identik dengan durian. Bukan hanya karena ragam varietasnya, kecamatan
yang terletak di lereng Gunung Anjasmoro itu juga punya sejumlah event bertema
duren yang rutin digelar tiap tahun.
Di antara beragam durian yang ada di sana, salah satu yang kini
makin populer adalah jenis bido. Nama durian itu diambil dari nama lokal burung
elang jawa. Varietas tersebut bisa ditemui di desa-desa yang ada di kecamatan
itu.
Durian bido memiliki ciri khas yang tidak dipunyai varietas
lain. Ukurannya besar dan dagingnya tebal. Rata-rata berdiameter 15 hingga 25
cm. Beratnya bisa mencapai 3,5 kilogram.
Meskipun rasa yang ditawarkan hampir sama dengan varietas lain,
ada sejumlah sensasi lain yang hanya dimiliki jenis bido. Saat mengecap daging
buah yang tebal nan kesat itu, rasa manis yang dipadu kelembutan langsung terasa
di lidah. Wanginya juga kalem. Tidak menyengat.
Saat mulai mengunyah, ada sedikit rasa pahit yang muncul. Namun,
rasa itu kemudian berbaur menjadi sebuah sensasi yang sedap. Merangsang untuk
mencoba lagi, lagi, dan lagi.
Buah tersebut juga punya keunikan tersendiri pada bijinya. Di
setiap belahan, penikmat akan menemukan daging durian dengan biji seukuran
kuku. ”Paling tidak, ada 4 hingga 5 buah yang bijinya kempes. Daging buahnya
mencapai 38 persen,” kata Sutiyo, petani durian bido.
Di balik kelebihan dan keunikan buah itu, proses budidaya durian bido oleh para petani di Kecamatan Wonosalam ternyata penuh liku.
Bahkan, varietas tersebut nyaris saja punah.
Kok bisa? Durian itu sebenarnya sudah lama berpotensi jadi
varietas unggulan. Pada 2006, lima petani di kecamatan tersebut memperoleh
sertifikat dari Kementerian Pertanian (Kementan) untuk bisa mengembangkan
durian itu. Budi daya dan jual beli bibit boleh dilakukan.
Sayang, potensi itu tidak tergarap maksimal. Selama lima tahun
berjalan, belum ada perubahan signifikan. Sampai akhirnya muncul teguran dari
Kementan. Izinnya bakal dicabut. Momen itu menjadi titik balik para petani.
Pada 2012, budi daya besar-besaran dimulai. Kini penyebaran durian bido merata
di hampir semua desa di Wonosalam.
sumber:https://www.jawapos.com/wisata-dan-kuliner/07/01/2020/durian-bido-jombang-si-tebal-manis-yang-penuh-keunikan/
sumber:https://www.jawapos.com/wisata-dan-kuliner/07/01/2020/durian-bido-jombang-si-tebal-manis-yang-penuh-keunikan/
Komentar
Posting Komentar